SELAMAT DATANG (WELCOM IN MY BLOG)

Jumat, 17 Mei 2013

Pertumbuhan Ekonomi menjelang pemilu 2014


 Inflasi.jpg





     Menjelang pelaksanaan Pemilu 2014.Indonesia menalami  tambahan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,2 persen-0,3 persen. Pertambahan ini sudah menghitung rencana kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Akan ada kenaikan 0,2 persen dari target APBNP 2013, dan 0,3 persen pada pelaksanaan pemilu, kenaikan ini karena terjaganya konsumsi domestik pada pemilu 2014,".
Kenaikan ini juga dipicu dengan defisit neraca berjalan yang diprediksi mencapai dua persen pada 2014. Sedangkan pada 2013 akan menjadi 2,5 persen. Penurunan defisit neraca berjalan pada 2014 akan terjadi seiring dengan membaiknya perekonomian dunia. "Jadi ekspor sudah bisa naik,".
Sedangkan defisit APBN pada tahun ini masih mencapai 1,2 persen. Defisit ini akan membesar menjadi 1,7 persen pada 2014 seiring dengan anggaran dana persiapan untuk pemilu 2014. Pengeluaran dana pemerintah akan memperbesar defisit APBN pada 2014.
     Pertumbuhan ekonomi menjelang Pemilu 2014 didorong oleh peningkatan belanja dalam negeri, karena private consumption dan belanja pemerintah.

"Jadi ada spending yang besar apalagi pemilu tidak menampilkan incumbent, sedangkan ekonomi sendiri sedang ke arah ekspansif dan akan naik pada 2014. Saya perkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2013 sebesar 6,4 persen dan naik 6,7 persen pada 2014,".

Sabtu, 04 Mei 2013

Menciptakan Ekonomi Mandiri Indonesia dari Sektor Kuliner

     Kuliner Nusantara sangatlah beraneka ragam dan bervariatif jenisnya, mulai dari Sabang hingga Merauke. Makanan yang menjadi suatu ciri khas dari setiap daerah di Indonesia memiliki cita rasa  kelezatan akan rempah-rempah yang menjadi komoditas hasil bumi Nusantara. Di zaman globalisasi, usaha kuliner Nusantara sangat banyak dijumpai di berbagai daerah. Tujuan  utama  yaitu memperkenalkan kepada masyarakat akan keanekaragaman kuliner Nusantara agar masyarakat dapat mengenali ciri khas masakan dari setiap daerah yang ada di Indonesia.
    Semakin hari banyak restoran modern yang berdiri di setiap daerah. Pengaruh globalisasi memaksa kuliner Indonesia bersaing dengan menu-menu eropa dan belahan bumi lainnya.  Masyarakat sendiri lebih memilih bekerja pada suatu perusahaan dari pada harus membuat usaha baru, Sehingga pada saat sekarang masyarakat Indonesia memilih pekerjaan yang modern. Artinya pekerjaan itu mudah dicapai tanpa susah payah dan ada suatu jaminan akan pekerjaannya. Menjadikan masyarakat sekarang kurang mandiri dan kurang survive dalam pencapaiannya. Perihal berdikari ekonomi yang bersendikan usaha mandiri (self-help), percaya diri (self reliance), bukan saja kemandirian yang menjadi cita-cita, melainkan pembangunan nasional.
    Pembangunan nasional, merupakan suatu prinsip yang menjiwai proses pembangunan itu sendiri. Hal tersebut  mengisyaratkan bahwa pembangunan ekonomi haruslah didasarkan pada  kekuatan lokal dan nasional. Sehingga tidak hanya mencapai ‘nilai tambah ekonomi’ melainkan juga ‘nilai tambah sosial-kultural’, yaitu peningkatan  martabat dan kemandirian bangsa. Salah satunya dengan berwirausaha yang mempunyai unsur: menjalankan usaha sendiri, menciptakan usaha baru, dan inovasi yang diciptakan.
Ditinjau dari prespektif kebangsaan, globalisasi menimbulkan kesadaran bahwa
kita merupakan bagian dari suatu masyarakat global dan mengambil manfaat darinya,
namun disisi lain, makin tumbuh pula dorongan untuk menumbuh serta melestarikan dan
memperkuat jati diri bangsa.
      Berbagai kondisi yang ada sekarang ini, kini sudah membicarakan visi pengelolaan warisan budaya di Indonesia di ubah. Kalau dahulu kiblat dari visi pengelolaan masih kepada “pengelolaan budaya untuk negara”, mulai sekarang hendaknya kita ubah menjadi “pengelolaan budaya untuk masyarakat”. Sebagai konsekkuensinya, dalam kebijakan yang baru ini para aparatur pemerintahan yang terlibat dalam pengelolaan warisan budaya tidak lagi menjadi “abdi negara” tetapi menjadi “abdi masyarakat”. Menurut Daud A. Tanudirjo FIB UGM, pengelola warisan budaya harus menempatkan diri dalam visi baru ini. Ada beberapa fungsi yang mengkin dapat diperankan oleh pengelola warisan budaya, khususnya yang ada di pemerintah. Sebagaimana telah disinggung di atas, pada dasarnya pelestarian adalah proses memberi makna baru bagi warisan budaya agar tetap berada dalam konteks sistem. Oleh karena itu, salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh para pengelolaan warisan budaya adalah menjadi masyarakat sebagai fasilitator dalam proses pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya sesuai dengan keahlian dan pengetahuan sehingga, masyarakat dapat menentukan pilihan yang tepat.
     Perkembangan yang cukup bagus dan menarik di tanah air pada saat ini adalah kesadaran untuk melestarikan budaya tradisional warisan nenek moyang bangsa. Milton M.R Freeman mengatakan bahwa makanan dalam konteks manusia sangat penting untuk data pengembangan kebudayaan dan identitas diri. Makanan lebih jauh memiliki peran penting bagi kita untuk membedakan kelas, agama, ras, gender, umur dan ideology tiap individu.
     Kondisi semacam ini memiliki manfaat ganda yaitu pertama menangkal masuknya budaya asing yang kurang sesuai dengan aspirasi bangsa dan kedua adalah menjadikan wirausahawan kita menjadi Tuan di negeri sendiri terutama dalam usaha kuliner Nusantara yang kaya akan rempah-rempah sebagai identik dari negara Indonesia sendiri. Semangat macam yang tumbuh dari kemandirian (self-help) dan percaya diri (self reliance) perlu untuk ditumbuhkan guna menciptakan keadaan bahwa kita akan dapat menjadi Tuan di negeri sendiri untuk bisnis-bisnis yang lain. Hal ini dapat dilakukan dengan menggalakan budaya terhadap pemakaian dalam negeri serta pelestarian terhadap budaya kuliner Nusantara, seperti yang didengungkan terhadap semboyan “Aku Cinta buatan Indonesia”. Menurut Indroyo (1992) Semangat ini dapat dimodernisasikan dengan menciptakan moto “ Buy Indonesian Made and keep your country working”.

Menurut Poerwanto (2006) wirausahawan mempunyai ciri-ciri, yaitu :
  1. Pencari peluang
  2. Berani mengambil Risiko
  3. Mandiri
  4. Percaya diri
  5. Keberanian untuk berhasil
  6. Kemauan untuk memenuhi kebutuhan orang lain

     Pengalaman menunjukkan bahwa keberhasilan dari wirausahawan/wati memulai bisnisnya dari dasar atau hal-hal yang kecil. Eksistensi wirausahawan kecil di Indonesia telah memperluas wawasan masyarakat tentang bagaimana menjalankan bisnis. Sayangnya, ini hanya terjadi lebih banyak pada mereka yang mengenyam pendidikan rendah daripada mereka yang mengenyam pendidikan tinggi. Padahal, mereka yang diperguruan tinggi seharusnya lebih siap mandiri dan membuka peluang usaha baru tetapi rasa kemandirian itu hanya dimiliki oleh orang yang berpendidikan rendah sehingga buat kedepannya mereka harus lebih berinovatif dalam menjalankan usahanya.
     Seperti, Sukiyatno “ES TELLER 77” yang memulai usahanya dari kecil sebagai pendorong gerobak es teller, serta kontes yang diselenggarakan oleh kecap Bango dalam citra masakan kuliner Nusantara yang hanya dimiliki oleh orang menengah kebawah, dan di Kabupaten Jember lebih mengenal MCDono sebagai usaha makanan ayam lalapan yang memulai usaha dari satu gerobak saja.
Di era dunia tanpa batas ini atau yang disebut globalisasi kini dunia bagaikan kampung besar, penghuninya bak tetangga dimana kampung itu bisa terdengar dan melihat satu yang lain dan berbincang-bincang. Namun proses globalisasi yang penuh kontradiksi tersebut mengakibatkan penyeragaman serta penghegemonisasian, sehingga dalam proses kemandirian dalam berwirausaha sedikit terhambat.

METODOLOGI
 
   Metodologi yang digunakan dalam penulisan  ini menggunakan studi literature kesejarahan sehingga mendapatkan keterkaitan antara ekonomi berdikari konsep soekarno dengan pengertian wirausaha. Wirausaha yang identik dengan pahlawan sebagai kemandirian dalam usaha tapi dalam faktanya sekarang ini kita sering kali menemukan keliruan makna wirausaha. Memang setiap wirausaha tersebut adalah pengusaha tetapi tidak semua pengusaha itu berwirausaha. Maka dari itu kita tidak salah kaprah dalam menafsirkan wirausaha yang sesungguhnya.
    Pada point berikutnya, penulis mencoba merelasikan hipotesis tersebut dengan variable kuliner nusantara sebagai usaha yang tidak akan pernah mati karena yang menjalankan usaha ini adalah manusia bukan mesin sehingga dibutuhkan keterampilan dan kreativitas dari setiap individu yang menjalankan. Dalam pengelolaan warisan budaya berupa kuliner tradisional dibutuhkan fasilitator berupa orang menjalankan usaha ini, sebagaimana wirausahawan/wati bisa menopang ekonomi kemandirian dan menghidupkan kembali makanan tradisional  di Indonesia, walaupun globalisasi lagi menerpa negara ini
  

WIRAUSAHA (bentuk suatu kemandirian)
 
     Leososnsky (1997), editor majalah Entrepreneur yang disitir oleh Boone dan Kurtz mengatakan dengan memiliki satu bisnis, anda tidak otomatis bisa disebut pengusaha, tetapi anda adalah pemilik bisnis kecil… Pengusaha tidak hanya memiliki bisnis, mereka juga menjalankannya. Dijelaskan bahwa kewirasauhaan bukan hanya kita mengartikan pengertiannya saja, tetapi merupakan pengalaman lapangan dan realita.
Dalam konteks bisnis menurut Sri Edi Swasono (1978 : 38), wirausaha adalah pengusaha, tetapi tidak semua pengusaha adalah wirausaha. Wirausaha adalah pelopor dalam bisnis, innovator, penanggung resiko yang mempunyai visi ke depan dan memiliki keunggulan dalam prestasi di bidang usaha[3]. Menurut Indroyo (1992) Wirausahawan adalah suatu sikap mental yang berani menanggung resiko, berpikiran maju berani berdiri di atas kaki sendiri (berdikari). Sikap mental inilah yang akan membawa seorang wirausahawan/wati untuk dapat berkembang secara terus menerus dalam jangka panjang. Sikap mental ini perlu ditanamkan serta ditumbuhkembangkan dalam diri pemuda Indonesia, agar kita segera dapat mengejar ketinggalan kita dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Joan Robinson (1962):”….Ilmu Ekonomi sebenarnya berakar pada nasionalisme….Aspirasi negara berkembang lebih tertuju dan terpeliharanya kemerdekaan serta harga diri bangsa daripada sekedar untuk makan…Para penganut mahzab klasik menjagoi perdagangan bebas dengan alas an bahwa hal ini menguntungkan bagi Inggris dan bukan karena bermanfaat bagi seluruh dunia…”

     Dari kutipan tersebut menyiratkan bahwa kegiatan bisnis yang dilakukan oleh para wirausahawan/wati mempunyai dampak terhadap pertumbuhan ekonomi. Maksudnya, kegiatan usaha di salah satu bidang mempunyai kaitan dengan kegiatan usaha lain, dan yang seterusnya kegiatan tersebut memberi kesempatan kerja bagi banyak orang dari berbagai macam latar belakang baik social, ekonomi, budaya, maupun gender.
Menurut Sri Edi Swasono (2001) Pertumbuhan ekonomi harus dicapai melalui pemerataan usaha-usaha ekonomi. Dengan demikian maka pembangunan ekonomi dapat berarti partisipasi dan emansipasi yang memperkukuh kebersamaan (mutuality) dan rasa kekeluargaan (brotherhood)[4]. Perencanaan pembangunan ekonomi di Pusat haruslah merangkum keanekaragaman dan menumbuhkan local genius dan kemudian bergandengan secara ekonomis satu sama lain, isi mengisi satu sama lain. Dengan demikian, persatuan Indonesia itu dapat terwujudkan. Sebagaimana, Menurut Bung Karno dalam Kepada Bangsaku (1947).
Buat membangun industrialism Indonesia yang luas tidak ada satu pulau di Indonesia yang dapat berdiri sendiri, Indonesia secara ekonomis harus menjadi satu karena Indonesia secara politis adalah satu.
     Banyak entrepreneurship sasngat diperlukan dalam pembangunan manusia di abad modern ini. Kewirausahaan berhubungan dengan penciptaan lapangan kerja, keanekaragaman usaha, dan perubahan. Para pengusaha, khususnya pada tingkat kecil menengah, merupakan sumber lapangan kerja bagi tenaga kerja yang mengenyam pendidikan rendah. Di banyak negara, ketika perusahaan-perusahaan menjadi besar melakukan perampingan organisasi sebagai bagian dari dampak persaingan yang menuntut efisiensi, para usahawan kecil-menengah justru memberi peluang kerja bagi banyak orang.
Untuk menjalankan kewirausahaan diperlukan kemandirian dan keberanian untuk mengambil risiko, baik alternative yang dikembangkan ataupun terhadap apa yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.(Poerwanto,2006) Naluri bisnis dapat muncul dari dalam diri seorang maupun dibentuk dari pengalaman hidupnya. Pada saat membuka usaha tidak mungkin usaha yang dijalankan itu pasti berhasil pasti ada kegagalan dan kegagalan itu merupakan awal dari wirausahawan/wati dalam membentuk karakter yang mandiri.

KESADARAN ATAS KREATIVITAS
 
    Dalam membangun kesadaran yang kreatif dan selalu berinovasi tentunya pengelolaan sumber daya manusia, atau yang lebih popular disebut dengan manajeman sumber daya manusia merupakan suatu kegiatan untuk melatih, menempatkan dan membina tenaga kerja yang kreatif dan efisiensi. (Poerwanto, 2006) Pengelolaan sumber daya manusia mencakup tiga kunci pokok: pertama, pembinaan karyawan sebagai aset yang dinamis: kedua, menyediakan kesempatan untuk berkembang: ketiga, pengintegrasian, yaitu penyesuaian antara latar belakang pendidikan dan keterampilan serta motivasi karyawan dengan tujuannya. Ketiga konsep pengelolaan sumber daya manusia ini di perlukan perencanaan yang strategis dalam mencakup merekrut sumber daya manusia yang efektif, membina sumber daya yang efektif, kemudian membangun loyalitas. Ketiga sasaran tersebut dimaksudkan untuk memperoleh tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan organisasi agar mampu meraih prestasi optimal yang selaras dengan tujuan-tujuan yang membangun masyarakat harmonis.
     Di dalam pelaksanaan ini, perlu pimpinan yang tegas sebagaimana diterangkan tanpa pimpinan tgas pembangunan tak akan lancar, malahan dapat menggagalkan rencana yang teratur. Kejujuran dan sifat patriotic perlu dimiliki oleh mereka yang diserahi tugas dan tanggung jawab serta pelaksanaan secara berencana. Di dalam manajemen perlu ada desentralisasi dan demokrasi sering dalam control sedangkan faktor dari manajemen untuk efisiensi kerja perlu faktor penggunaan tenaga dan faktor tempo mendapat perhatian(Bung Karno dan Berdikari ekonomi)[5]. Seperti yang diucapkan dalam pidato Ir. Soekarno:
“Marilah kita menyelesaikan karyo, gawe, pekerjaan, amal ini, b e r s a m a- s a m a ! Gotong-royong adalah pembantingan-tulang bersama, pemerasan-keringat bersama, perjoangan bantu-binantu bersama. A m a l semua buat kepentingan semua, k e r i n g a t semua buat kebahagiaan semua. Ho-lopis-kuntul-baris buat kepentingan bersama!”(soekarno, pidato lahirnya pancasila 1 Juni 1945)
     Hal ini yang menjadi alasan bahwa gotong royong merupakan suatu pengelolaan sumber daya manusia agar dapat pengintegrasian itu berjalan dengan harmoni sehingga dalam pembinaan serta pengembangan kreativitas itu terbentuknya sikap loyalitas.
Seperti contoh Sukiyatno pemilik dari ES Teller 77 memang itu adalah minuman khas Indonesia yang sudah menjadi waralaba tapi jangan melihat system warlabanya karena beliau pernah mendapatkan satya lencana terhadap lapangan pekerjaan yang telah memberikan kontribusi kepada semua orang yang memiliki ketekunan terhadap penyandang cacat, contoh lain adalah pempek rusdan dengan permintaanya semakin hari semakin meningkat, diperlukan bahan bagu semakin banyak, dan juga harus dipasok oleh pihak lain, maka pemasok juga mendapatkan keuntungan dan dapat mempekerjakan orang juga. Para pebisnis makanan ini pun sangat kreatif dalam menjajakan dagangannya, mulai dari inovasi dalam hal suasana tempat dan dalam menciptakan rasa unik disetiap menu yang mereka tawarkan.
Menurut Bedi Zubaidi, (2010) Pada umumnya, mereka bukan hanya menjual makanan tradisional saja, namun juga menjual kekhasan daerah mereka sebagai pemanisnya. Memang tidak mudah menjalankan usaha makanan karena usaha yang dijalankan ini sama dengan factory. Dari bahan baku diolah menjadi barang jadi perlu estimasi dan perhitungan yang akuratdan yang menjalankan usaha ini bukanlah mesin melainkan manusia sendiri dan diperlukan kehandalan dalam operational.[7]
     Bornstein (1998) Seorang pengusaha sosial adalah pemutus jalan dengan ide baru yang kuat yang menggabungkan visioner dan dunia nyata pemecahan masalah kreativitas, memiliki kuat serat etika, dan benar-benar dimiliki oleh-Nya atau visi untuk perubahan. Sebagaimana telah kita bahas sejauh ini, karena perusahaan kecil bervariasi secara substansial dalam sumber daya mereka posisi (Cooper, 1981), tujuan dan sasaran dari pendiri mereka (Carter, Gartner, Shaver, & Gatewood, 2003; Evans & Leighton, 1989; 1990), dan potensi mereka untuk bertahan hidup dan kepentingan dalam pertumbuhan (van Praag, 2003), perusahaan kecil juga akan cenderung bervariasi secara substansial dalam jenis strategi mereka mengejar. Namun, pertumbuhan adalah asumsi inti dari teori manajemen strategis, namun seperti yang kita berpendapat sebelumnya, karena berbagai alasan, sebagian besar perusahaan adalah dan tetap kecil, mengejar strategi untuk bertahan hidup, baik yang tidak ingin, atau tidak berhasil mengejar dan mencapai strategi pertumbuhan usaha yang besar .
    Strategi tersebut untuk kelangsungan hidup dapat ditandai dengan taktik seperti menggunakan overhead minimal (Ebben & Johnson, 2006; Winborg & Landstrom, 2001), memilih industri menarik (Stearns, Carter, Reynolds, & Williams, 1995), dan membangun pelanggan setia dasar (Liao & Chuang, 2004). Sebaliknya, strategi untuk (perusahaan kecil) pertumbuhan dapat ditandai dengan taktik seperti fokus pada manajemen dan pelatihan tenaga kerja untuk menumbuhkan ukuran basis karyawan, mengeluarkan modal untuk pemangku kepentingan eksternal untuk mendanai pertumbuhan, berkembang teknologi kecanggihan untuk memantau dan mengelola pertumbuhan, fleksibilitas berusaha untuk menyesuaikan diri dengan baru dan perubahan pasar, dan memperkenalkan produk baru (Storey, 1994). Karena sebagian besar perusahaan kecil muncul untuk mengejar strategi survival, dan kelangsungan hidup didominasi tergantung pada basis pelanggan setia. Unit usaha yang berbeda secara strategis dipisahkan dengan menimbang manfaat integrasi dan deintegrasi dan dengan membandingkan kekuatan saling keterhubungan dalam melayani segmen terkait, wilayah geografis dengan perbedaan dalam rantai nilai yang paling cocok untuk melayani mereka secara terpisah (Porter, 2008). Jadi setiap unit usaha yang dijalani saling berhubungan integrasi memperluas batasan yang relevan dari unit-unit usaha tersebut, agar pengelolaan sumber daya alam bisa dinikmati dan menjadi keunikan tersendiri.

SEKALI LAGI TETAP BERDIKARI (berdiri di atas kaki sendiri)
 
     Dari amanat dan pidato-pidato Bung Karno tergolong “pemikiran umum” dan “kerakyatan umum”, jelas Bung karno berpaham teguh akan kemandirian. Bung Karno menolak onafhankelijkheid, Bung Karno menjunjung tinggi keberdikarian, lawan dari ketergantungan, sebagai suatu pekerti dan kemuliaan martabat manusia[8]. Keberdikarian bukanlah sikap anti terhadap asing, keberdikarian bukanlah menutup diri ataupun xenophobia, keberdikarian adalah kelanjutan dari sikap sovereign untuk memegang teguh kedaulatan bangsa dan negara, menolah dependensi, namun tetap menghormati interdependensi atau mutuality (kebersamaan). Oleh karena itu Bung karno berorientasi kepada kekuatan rakyat pada potensi dalam negeri sendiri sebagai landasan pembangunan nasional. Penegakan kemandirian ekonomi ini merupakan cerminan upaya terbaik dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang berlandaskan pada kesejahteraan sosial masyarakat. Nusantara memiliki keanekaragaman budaya dan kekayaan alam yang terbentang dari Sabang sampai Merauke.
    Pada pidatonya yang berjudul Nawaksara, yang disampaikannya di depan anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada 22 juni 1966, Soekarno menjelaskan pada bagian II. Landasan Kerja Melanjutkan  Pembangunan.  Dalam Trisakti bagian ke tiga :
“bahwa kita dalam melaksanakan Amanat Penderitaan Rakyat itu tetap  tegap berpijak dengan  kokoh-kuat  pada  landasan  Trisakti,  yaitu  berdaulat  dan  bebas dalam   politik,   berkepribadian   dalam   kebudayaan,   berdikari   dalam ekonomi, sekali lagi, berdikari dalam ekonomi!. Khusus mengenai Prinsip Berdikari ingin saya tekankan apa yang telah saya nyatakan dalam pidato Proklamasi 17 Agustus 1965, yaitu, bahwa berdikari tidak berarti mengurangi, melainkan memperluas kerjasama Internasional, terutama diantara semua Negara yang baru merdeka. Jangan ditolak, yang ditolak oleh Berdikari, adalah ketergantungan kepada imperialisme, bukan kerjasama yang sama derajat dan saling menguntungkan. Dan dalam rencana  ekonomi  perjuangan  yang saya sampaikan  bersama  ini, maka, Saudara-saudara  dapat  membaca,  berdikari  bukan  saja  tanpa  tujuan, tetapi yang tidak kurang pentingnya  harus merupakan  prinsip daripada cara kita mencapai tujuan itu, prinsip untuk melaksanakan pembangunan dengan tidak menyandarkan diri kita kepada bantuan Negara atau bangsa lain”
     Seperti yang dirumuskan oleh Bung karno di dalam Negara Asia-Afrika untuk BERDIRI DI ATAS KAKI SENDIRI dalam ekonomi, bebas dalam politik dan berkepribadian dalam kebudayaan. Telah juga saya kemukakan, apa yang dikatakan oleh sahabat dan teman seperjuangan kita: Kawan Perdana Menteri Kim Il Sung dalam tahun 1947:
In order to build a democratic state, the foundation of an independent economy of the nation must be established…..Without the foundation of an independent economy, we can neither attain independence, nor found the state nor subsist.
     Di jelaskan bahwa untuk membangun satu Negara yang demokratis, maka satu ekonomi yang merdeka harus dibangun. Tanpa ekonomi yang merdeka, tak mungkin kita mencapai kemerdekaan, tak mungkin kita mendirikan negara, tak mungkin tetap hidup. Dalam negara kesejahteraan yang menjamin keadilan social itu, meskipun prinsip-prinsip ekonomi pasar diberlakukan, kesejahteraan bersama menjadi unsure penting tujuan bernegara. Itulah yang membedakannya dengan negara yang menganut ekonomi pasar murni, dimana kesejahteraan bersama sekedar menjadi hasil kesampingan, bukan tujuan. Menurut Siswono,(2011) Pasar, dalam konsep negara kesejahteraan bisa didesaign dan negara tidak membiarkan terjadinya pasar yang naturalistic karena kalau itu terjadi yang kuat akan menelan yang lemah.[10] Namun, pada faktanya sekarang ini orang yang menjalankan keberdikarian ekonomi ini adalah orang yang merintis usahanya dari kecil kemudian sanggup mempekerjakan orang demia kesejahteraan masyarakat.

GLOBALISASI
 
     Globalisasi membawa kita kedalam penggerak pasar bebas yang mana sikap kemandirian dan percaya diri kita seolah-olah dimakan usia. Memang, Indonesia adalah negara yang strategis diibaratkan Indonesia adalah pusat penjuru mata angin tetapi kita sendiri tidak bisa membaca arah mata angin tersebut dan kita terjebak disuatu tempat. Apabila kita sadar dan mengamati proses globalisasi dan gemuruhnya scenario pasar bebas, kita akan dapat melihat bahwa disitu tetap bersemayam dasar dari kapitalisme. Menurut Bung karno kapitalisme bangsa sendiri itu bertentangan dengan sosio-nasionalis, yakni seorang yang mau memperbaiki masyarakat dan dus anti segala stelsel yang mendatangkan kesengsaraan di dalam masyarakat[11]. Seorang nasionalis haruslah berani membukakan mata dan hrus mengabdi kepada kemanusiaan. Ada beberapa catatan tentang globalisasi harus kita waspadai :
“…Dalam keadaan dunia semakin terglobalisasi…akan terjadi perusakan serius terhadap kesadaran diri pda tingkat peradaban, kemasyarakatan dan etnis…”(Huntington, 1996).”…Globalisasi adalah nama lain untuk dominasi Amerika…”(H. Kissinger, 1998).”…Dari segi cultural globalisasi telah cenderung melipputi meluasnya (demi pembaikan ataupun pemburukan) Amerikanisasi…”(T. Friedman,2001).”…Duia akan memiliki ekonomi global tanpa pemerintahan global… saat ini kita memiliki eknomi global tanpa masyarakat global…”(G.Soros, 1998). “…Globalisasi adalah imperialism ekonomi baru…” (Petras&Veltmeyer, 2001). Tetapi globalisasi tidak lagi sekedar suatu proses dominasi Amerika ataupun Amerikanisasi yang sederhana, “…globalisasi telah menciptakan perang dagang…” (Krugman, 2010), bahkan saat ini, “…telah dengan parah mengakibatkan perang mata uang global yang mencemaskan…”(Swasono, 2010).”…Cara bagaimana globalisasi telah ditatalaksana…perlu secara radikal dipikirkan ulang…membuat globalisasi bekerja merupakan langkah-langkah berikutnya untuk mewujudkan keadilan global…”(Stiglitz, 2007), atau, sebagaimana kita saksikan adalah”…ekonomi terjun bebas made in Amerika… pasar bebas dan tenggelamnya ekonomi dunia (Stiglitz, 2010)
     Di zaman sekarang pasar bebas yang seharusnya ditanggapi dengan penuh kewaspadaan malah diberhalakan sebagai suatu mekanisme yang mereka dipakai sampai saat ini. Pasar bebas adalah pasarnya pelaku-pelaku pasar. Dibalik pasar bebas bermain keras para penguasa pasar. Pasar bebas, dalam perjalanan sejarah ekonmi, has done many wrong things, anata lain mempertajam ketimangan structural, memperluas ketidak merataan (inequality), menumbuhkan pemiskian (impoverishment) dan pelumpuhan (disempowerment) terhadap kelompok miskin dan lemah. Pasar bebaslah yang menciptakn “a winner take a society” melalui mekanisme “the winner take all market”(interpretasi penulis terhadap keprihatinan Thomas Friedman,1999).
     Membiarkan pasar bebas dinobatkan diri sebagai berdaulat, menerima dan membiarkan globalisasi sebagai wadah tersembunyinya insting dasar imperalisme, pasti akan menggagakan proses pemberdayaan bagi rakyat Indonesia bahkan akan mengubahnya menjadi sutu proses marginalisasi.
Tantangan yang terjadi pada kondisi usaha kecil berupa makanan tradisional yaitu persaingan dengan usaha yang sudah menjadi waralaba, kalau dilihat sekarang memang sudah banyak sekali usaha-usaha kecil berupa makanan tradisional yang berkat kegigihannya sukses tetapi setelah menjadi sukses membuat usaha tersebut menjadi waralaba. Seperti contoh yaitu, Sate bebek Peking Dekwek milik Capi S. Husada yang memiliki outlet 2 di Surabaya dan di Jakarta yang mensajikan menu ala Indonesia seperti, soto bebek peking, siomay peking, sate bebek peking, dan roti bebek peking. Bumbu yang dipakai yaitu bumbu tradisional yang digunakan bumbu tradisional yang baik dan aman buat kesehataan. Dari contoh tersebut sangat berpengaruh tetapi masih memerlukan pasokan bahan baku dari usaha kecil lainnya yang bukan waralaba, lama-lama usaha kecil tersebut ingin berkembang untuk mensuplai ke usaha yang menjadi waralaba, maka usaha kecil itu juga akan melakukan waralaba.
     Sejak merdeka hingga kini kita selalu menganut ekonomi pasar. Kita menerima adanya harga pasar. Sekarang ini gelombang system ekonomi pasar-bebas didorong masuk ke Indonesia. Embel-embel bebas itulah yang membedakannya dengan system ekonomi pasar yang sebenarnya telah kita praktekan sejak lama itu[13]. Banyak sekali masarakat Indonesia kelengahan dan kagum terhadap kemajuan dari teknologi dan menyembah dari teori-teori ekonomi Barat tanpa diragukan lagi kita tunduk dengan pasar bebas, sehingga kita lengah dalam pengertian pasar bebas tersebut. Dalam hal tersebut perlunya dipandang sebagai sebuah tantangan yang dihadapi dalam menjaga kualitas serta  memotivasi diri agar lebih dapat  berinovasi untuk lebih maju.

KESIMPULAN

     Globalisasi yang menjadi penghapus sekat dari setiap negara dipandang sebagai suatu bentuk paradigma yang harus disikapi secara bijaksana. Jangan sampai kita malah tergerus oleh system yang membuat bangsa Indonesia sebagai suatu pasar dari dunia. Namun penumbuhan motivasi dalam diri masyarakat Indonesia agar dapat berdikari sesuai dengan apa yang telah diamanatkan oleh para pendiri bangsa dapat terwujud, agar bangsa indoneisa dapat benar-benar merdeka dan tidak terjadi kolonialisasi baru.
Kebutuhan yang menjadi masalah klasik setiap manusia dapat dijadikan sebagai suatu pemacu semangat diri untuk bisa memenuhi kebutuhannya sendiri terlebih dahulu, dan mengupayakan agar dapat memproteksi dan melindungi usaha mikro masyarakat. Salah satu bentuk yang diperlukan dalam pengelolaan warisan budaya terhadap kuliner nusantara agar tetap bertahan yaitu dengan cara berbisnis makanan tradisional, karena yang diperlukan dalam usaha ini dengan keterampilan yang digunakan. Namun, dengan keterampilan ini agar terwujudnya pelestarian dalam pengelolaan warisan budaya Indonesia. Disamping itu juga, dalam menjalankan bisnis makanan tradisional harus mempunyai kemandirian dan kepercayadirian yang kuat karena semakin kedepannya inovasi dari setiap usaha yang dijalankan akan makin meningkat sesuai dengan kebutuhan yang ada di masyarakat.


Daftar Pustaka

  • A. Tanudirjo, Daud.2003.Warisan Budaya Untuk Semua: Ara Kebijakan Pengelola Warisan Budaya Indonesia Di Masa Mendatang:Diajukan pada Kongres Kebudayaan V.Bukit Tinggi
  • Abdul Muhyi, Herwan.2007. Menumbuhkan Jiwa dan Kompetensi Kewirausahaan.Diajukan syarat memenuhi ujian :P engantar Administasi Bisnis.Bandung.Universitas Padjadjaran
  • Bornstein, D.1998.”Changing the world on a shoestring”.Atalntic Monthly 281 (1),PP 34-79.
  • Carland, J. W., Hoy, F., Boulton, W. R., & Carland, J. A. C. 1984. Differentiating entrepreneurs from small business owners: A conceptualization. Academy of Management Review, 9: 354-359.
  • Carter, S., & Ram, M. 2003. Reassessing portfolio entrepreneurship. Small Businessm Economics, 21: 371-380.
  • Edi Swasono, Sri. 2011. Pancasila, Nasionalisme dan Globalisasi: Menemukan kembali Republik Indonesia Kita. Diajukan dalam seminar kebangsaan: “Menemukan Kembali Republik Indonesia Kita: Relevansi Pancasila bagi eksistensi dan Pelestarian NKRI”.Surabaya.UNTAG 1945
  • Evans, D. S. 1987. The relationship between firm growth, size, and age: Estimates for 100 manufacturing industries. Journal of Industrial Economics, 35: 567-581.
  • Gitosudarmo, Indroyo.1992. Pengantar Bisnis.Yogyakarta. BPFE
  • Liao, H. & Chuang, A. 2004. A multilevel investigation of factors influencing employee service performance and customer outcomes. Academy of Management Journal, 47: 41-58.
  • Majalah Info Franchise.2010. Peluang Bisnis Makanan & Minuman.9/V/September.
  • Majalah Tegal Boto.2009. Postkuliner.Majalah Mahasiswa Universitas Jember.Edisi IXV.
  • Poerwanto. 2006. New Business Administration:Paradigma Pengelolaan Bisnis Di Era Dunia Tanpa Batas. Yogyakarta. Pustaka Pelajar
  • Porter, M. E. 1985. Competitive advantage: Creating and sustaining superior performance. New York: Free Press
  • ___________.2008.Keunggulan Bersaing: Menciptakan Dan Mempertahankan Kinerja Unggul.Tangerang:KARISMA Publishing Group.
  • Raharjo, Iman Toto K dan Herdianto WK.2001. Bung Karo dan Ekonomi Berdikari: Kenangan 100 Tahun Bung Karno.Jakarta:Gramedia
  • Reider, R. 2008. Effective operations and controls for the privately held business. New York: John Wiley & Sons.
  • Soekarno. 1945. Lahirnya Pancasila, Pidato di BPUPKI. Jakarta. 1 Juni 1945
  • _______. 1964. Dibawah Bendera Revolusi. Jakarta.Panitya Penerbit
  • _______. 1966. “NAWAKSARA”, Pidato Di depan Sidang Umum ke-IV MPR pada Tanggal 22 Juni 1966
  • Storey, D. 1994. Understanding the small business sector. New York: Routledge.
  • van Praag, C. M. 2003. Business survival and success of young small business owners. Small Business Economics, 21: 1-17.
  • Yudo Husodo,Siswono. 2011.”Membumikan Ekonomi Kerakyatan Berdasarkan Pancasila”. Diajukan dalam seminar kebangsaan: “Menemukan Kembali Republik Indonesia Kita: Relevansi Pancasila bagi eksistensi dan Pelestarian NKRI”.Surabaya.UNTAG 1945



Sumber   :http://kongrespancasila.com/kuliner-nusantara-sebagai-penopang-ekonomi-mandiri-indonesia.html

Inovasi mandiri untuk memajukan ekonomi Indonesia


    Berbicara tentang kemandirian, bangsa ini masih sangat jauh dari kata mandiri. Bagaimana tidak, dalam berbagai bidang, bangsa ini masih banyak bergantung kepada negara lain. Padahal, Indonesia mempunyai banyak sekali potensi untuk bisa menjadi negara yang mandiri. Indonesia dibekali oleh Tuhan dengan dua modal yang sangat berharga, yaitu Sumber daya alam yang melimpah, serta sumber daya manusia pilihan. Sehingga seharusnya, Indonesia mampu menjadi negara yang makmur, mandiri, dan mempunyai fondasi perekonomian yang kuat.

     Dan Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan banyak sekali inovasi-inovasi kreatif. Apa saja inovasi yang perlu dilaksanakan? tentu saja sangat banyak. Namun dalam blog yang sederhana ini, saya hanya akan mengemukakan lima gagasan Inovasi kemandirian yang saya kira bisa membantu membentuk Indonesia yang makmur, mandiri, dan mempunyai fondasi perekonomian yang kuat.

Berikut ini adalah 5 gagasan Inovasi mandiri yang saya kemukakan.

Inovasi 1 : Pemberdayaan SDM di bidang IT dengan konsep perusahaan
      Dalam jajaran dunia Information technology (IT), Indonesia memang masih setia menempatkan dirinya sebagai konsumen, alias masih menjadi pemakai. Bahkan, Indonesia dinilai sebagai pasar empuk bagi para perusahaan produsen produk-produk IT, terutama Gadget. Hampir semua produk gadget terbaru yang rilis di pasaran akan langsung menjadi incaran para gadget geek di Indonesia. Mulai dari Music Player, Ponsel pintar, sampai komputer tablet, semuanya tumpah ruah tumplek blek di pasaran Indonesia. Hal ini sudah cukup membuktikan betapa Indonesia merupakan lahan bisnis yang cocok bagi dunia IT mengingat penduduknya mempunyai mental konsumtif di bidang IT yang cukup tinggi.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVdH2uUlK8DLETOAQ-lgpqYZ9SzuafAzpRo3nAZCnPv1oEx-un5v0KEOL78ukgl0Go_kf1lJQbrhK4mUYeaROh1ftg0oIQN42Qq-Qbx-bnKdMfilEYc3Cn5z8MRmrij9OdleOrw7FG-QY/s500/1.JPG
SDM Indonesia mempunyai mental konsumtif di bidang IT

      Tapi ada yang perlu digarisbawahi. Di luar mental konsumtif yang tinggi di bidang IT, ternyata SDM Indonesia juga mempunyai Intelegensi dan Passion yang baik di bidang IT. Hal ini bisa dilihat dari pesatnya perkembangan teknologi informasi di Indonesia. Bahkan jika dibandingkan dengan negara-negara maju, bisa didapat fakta bahwa jumlah lulusan IT Indonesia meningkat lebih pesat, Hacker dan Cracker indonesia tak kalah hebat, Pembajak-pembajak digital indonesia tak kalah jahat, serta Dunia digital dan sosial media Indonesia juga tak kalah menggeliat.

     Fakta ini tentu merupakan sebuah pertanda lampu hijau sekaligus oportunitas yang patut dan sangat perlu untuk ditindaklanjuti demi kepentingan kemajuan dan kemandirian bangsa ini. caranya? Ada banyak sekali cara, salah satunya adalah dengan mendirikan perusahaan nasional berskala internasional di bidang IT , seperti digital security, Open Source makers, serta Gadget makers. Jika sudah, maka diperlukan langkah mengkonsolidasikan dan memberdayakan SDM-SDM bermutu di bidang IT yang kemudian dibina serta dipekerjakan di perusahaan-perusahaan tersebut untuk kemudian bisa menghasilkan produk-produk dan layanan berkualitas di bidang IT.

     Untuk pemasaran produknya, Perlu dikonsep dan ditarget sejak dini. Dalam jangka pendek (5 tahunan), produk (atau service) ditargetkan bisa beredar luas di pasaran dalam negeri, paling tidak bisa menguasai 15% dari total pangsa pasar nasional. Jika target jangka pendek sudah tercapai, maka diperlukan target jangka panjang (9-10 tahun), yaitu pemasaran global dengan memulai memasarkan produk (atau service) ke luar indonesia, terutama Asia tenggara, target jangka panjang ini baiknya menggunakan asumsi mampu menguasai 5% dari total pangsa pasar internasional.
Dan jika dua target tadi sudah terpenuhi, maka langkah berikutnya adalah membangun percepatan dan penguatan branding. Sehingga perusahaan tersebut bisa dikenal luas oleh masyarakat luas di seluruh dunia.
Saya yakin, jika dikelola dengan manajemen yang baik serta dibalut dengan pengawasan yang ketat, maka saya yakin, Pemberdayaan SDM dengan konsep Perusahaan ini akan menjadi salah satu sumber pemasukan yang besar bagi Indonesia.

Inovasi 2 : Pembentukan fasilitator Ekspor untuk UMKM berbasis handcraft
      Tak bisa dipungkiri bahwa hasil kerajianan tangan dari Indonesia banyak disukai dan dinikmati oleh pihak asing, mulai dari kerajinan tangan kesenian, perhiasan, perabotan rumah, sampai industri mebel. hal ini bisa dibuktikan dengan banyaknya jumlah permintaan akan produk-produk handcraft tanah air.
Tapi ternyata, minat yang tinggi dari pihak asing akan hasil Handcraft indonesia ini tidak dibarengi dengan fasilitas dan kemudahan Ekspor. Sehingga walaupun banyak permintaan, tapi tetap saja mereka para pelaku UMKM Handcraft tidak bisa melayaninya, bukan karena kekurangan stok, tapi karena susah dan rumitnya proses ekspor untuk skala UMKM. Sehingga hanya para pelaku bisnis handcraft tingkat makro yang mampu bersaing dan berkecimpung di ladang ekspor. Padahal, hasil karya handcraft usaha mikro tidak kalah jika dibandingkan dengan hasil karya handcraft usaha makro, bahkan biasanya hasil usaha mikro malah cenderung lebih bagus, karena biasanya dikerjakan dengan tangan, sedangkan usaha makro biasanya dikerjakan dengan mesin.

      Hal ini pernah saya buktikan sendiri. Pernah suatu ketika saya jalan-jalan ke Muntilan (Magelang) yang merupakan sentra pembuatan patung batu terbesar di Indonesia. Banyak sekali wisatawan-wisatawan asing yang suka dengan hasil kerajinan patung Muntilan ini (kebetulan, letak sentra pembuatan patung di Muntilan ini hanya berjarak 5 kilometer dari Candi Borobudur). Sehingga tak jarang para wisatawan yang berkunjung ke Borobudur singgah sebentar ke muntilan untuk membeli patung hasil karya perajin patung di muntilan sekedar untuk oleh-oleh. Tapi yang jadi masalah adalah, patung yang laku hanyalah patung yang berukuran kecil yang beratnya hanya sekitar 1 kilogram, sedangkan untuk patung yang berukuran besar, walaupun banyak peminatnya di kalangan wisatawan asing, tapi tetap saja tak bisa ditransaksikan, karena terkendala masalah pengiriman antar negara (nggak lucu juga kan kalo wisatawan bawa oleh-oleh patung gedhe yang beratnya sampai setengah ton).
Ketika saya tanyakan pada pada para perajin patung di Muntilan kenapa tak mengekspor patung-patung ini ke luar negeri?, jawabnya sederhana. Mereka merasa kesulitan untuk mengekspor barang ke luar negeri, karena tak ada eksportir yang mau memfasilitasi mereka (terutama untuk penjualan dan pengiriman skala kecil). Walhasil, untuk patung berukuran besar, para perajin hanya mengandalkan pesanan dari dalam negeri.
Dan hal ini tidak terjadi di Muntilan saja, melainkan di banyak daerah di seluruh indonesia, seperti di Kasongan (bantul) yang merupakan sentra kerajinan gerabah, Kotagede (Yogyakarta) yang merupakan sentra kerajinan perhiasan perak (Silver handcraft). dan juga Jepara, yang merupakan sentra kerajinan mebel ukir.

       Fenomena ini tentu menjadi sebuah pembelajaran. Bahwasanya diperlukan adanya Fasilitator ekspor untuk UMKM agar detak kegiatan ekonomi UMKM bisa terus menggeliat, tak hanya di skala nasional, tapi juga Internasional. Dengan pembentukan Fasilitator Ekspor untuk UMKM berbasis Handcraft ini, nantinya produk-produk kerajian tangan Indonesia bisa dijual ke seluruh dunia untuk kemudian dikenal oleh Masyarakat dunia, sehingga dunia UMKM Handcraft juga bisa ikut berperan aktif dalam usaha mencapai kemakmuran Indonesia.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEim3X0k_2rCLog7FMDYX3k8GOLAF94VlD7QkQdbE2-ZdvLJ8gEocI0uy7O-OHWOHfxVyT7AT1R-No2oPk9UbbTE8IGomhr30TG9hhjYWYJZUJrhS2idIe4p8M6OMq0wb7vJVQ0rcz-vPbc/s500/2.JPG
UMKM Handcraft perlu Fasilitator ekspor untuk menjual produknya ke luar negeri

Selain itu, pembentukan fasilitator Ekspor UMKM berbasis handcraft ini juga diharapkan akan mampu memotivasi lahirnya entrepreuneur-entrepreuneur handcraft baru yang mandiri, dan bisa ikut membangun Indonesia dengan dengan menciptakan banyak lapangan kerja di bidang kerajinan tangan.

Inovasi 3 : Pemberdayaan Energi Alternatif untuk tenaga listrik.
      Sudah bukan rahasia lagi bahwasanya dunia ekonomi sangat tergantung dengan listrik. Hampir di semua bidang pekerjaan menggunakan listrik. Jadi tak berlebihan jika listrik dianggap sebagai salah satu nyawa dan denyut jantung dunia perekonomian.

Mengingat betapa pentingnya fungsi listrik dalam kegiatan perekonomian, tentu sudah sepantasnya bila listrik mampu didapatkan oleh semua kalangan dengan harga yang terjangkau. Tapi ternyata hal itu tidak berlaku di indonesia. Karenya nyatanya, tarif dasar listrik di Indonesia masih terbilang tinggi. Dan salah satu penyebab tingginya tarif dasar listrik di indonesia adalah karena terbatasnya sumber daya listrik yang dimiliki oleh pemerintah Indonesia.Atas dasar itulah, maka diperlukan sebuah inovasi untuk menambah sumber daya listrik. Dan Inovasi yang saya sarankan adalah pendayagunaan secara maksimal sumber-sumber energi alternatif untuk tenaga listrik. Saya sendiri mengamati, ada 2 sumber energi alternatif yang sangat potensial di Indonesia, namun belum mampu dikelola dengan maksimal, yaitu Geotermal atau energi panas bumi, serta Listrik tenaga air.Kedua sumber energi tersebut jumlahnya sangat banyak di Indonesia, namun keduanya belum dimanfaatkan secara maksimal.Tenaga listrik geotermal (energi panas bumi) misalnya, Indonesia diketahui sebagai negara yang mempunyai sumber energi panas bumi terbesar di dunia. Jumlahnya mencapai 40% dari keseluruhan energi panas bumi di seluruh dunia. Namun sungguh ironi, karena ternyata, energi panas bumi baru menyumbang hanya sekitar 1,9% dari keseluruhan tenaga listrik yang dihasilkan di Indonesia, padahal stok energinya merupakan yang terbesar di dunia.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiW2odxjDH9eErjr1yGyLyeFaR_3wnwwpwDukdb6jGOXo9GViTJAgy8MdMAFF129S3wmqkpEFJ5_bTFAXgtxMdzSMiEGB3uNKwc6-A9apoI6cCzebdzOXsvr23wXOUbTeyaSfXmPZGeyXA/s500/3.jpg
Pemanfaatan geotermal di Indonesia belum maksimal

     Tak jauh berbeda dengan Energi panas bumi, hal serupa juga terjadi pada energi listrik tenaga air. Bayangkan saja, negeri kita tercinta ini punya potensi aliran sungai sebanyak 7.219 batang sungai, dan baru sekitar 0,5% saja yang dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik. mubazir bukan?.Karena itulah diperlukan langkah yang nyata dari pihak terkait berupa Pemberdayaan dan pemanfaatan Energi Alternatif untuk tenaga listrik. Sehingga jika sumber energi listrik di negeri ini sudah melimpah ruah, maka otomatis, tarif dasar listrik bisa ditekan menjadi lebih murah. Dan hal ini tentu akan berpengaruh langsung pada kemajuan usaha ekonomi terutama UMKM, karena modal produksi yang digunakan akan semakin murah.

Inovasi 4 : Mempromosikan pariwisata Indonesia lewat Film
     Mempromosikan wisata Indonesia memang sudah menjadi agenda wajib dan rutin bagi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia. Sudah berbagai cara dilakukan untuk mempromosikan pariwista Indonesia, dari mulai mengadakan acara-acara workshop kesenian di luar negeri sampai menyelenggarakan program visit Indonesia.Bagi saya, cara-cara di atas tidaklah salah, namun rasanya kurang optimal. Kita perlu cara-cara promosi yang mudah namun tidak terkesan formal dan konvensional. Salah satunya adalah mempromosikan wisata indonesia lewat Film. Lewat film? apa bisa? Tentu saja bisa. Caranya adalah dengan memasukkan obyek wisata Indonesia sebagai latar atau setting film tersebut.Thailand pernah membuktikan betapa promosi wisata menggunakan film merupakan cara yang bagus dan juga tepat. Anda tentu tahu dengan film berjudul BEACH, Film keluaran tahun 2000 yang dibintangi oleh Leonardo Di Caprio dan Robert Carlyle itu mengambil setting keindahan pantai Koh Phi Phi di Thailand. Dan anda tahu apa yang terjadi? Jumlah kunjungan wisata ke pantai Koh Phi Phi mengalami peningkatan yang sangat pesat hanya dalam rentang waktu 2 minggu setelah film BEACH dirilis dan ditonton oleh jutaan penggemar film di seluruh dunia. Dan perlu anda ketahui sekali lagi, dari total jumlah wisatawan asing yang berlibur ke pantai Koh Phi Phi selama tahun 2000, 80%-nya mengaku tertarik mengunjungi pantai Koh Phi Phi setelah mengetahui keindahan pantai tersebut lewat film BEACH.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjt3wqHzaFyosY7Yb5cHilW7RvLbXQ45rxnVuyBC7QiTrSLADNr-irnCY5Siw7RIDk-UKK2nAtYgZuyATvU_dbFtNwcqi2jllOZANDNqXqnO3Zuw14_Mv1aFKIAfUcbhVcAZeuzrxVl2pE/s500/4.jpg
Keindahan pantai Koh Phi Phi di Thailand, terdongkrak pamornya karena film Beach

     Dan tentu saja Indonesia bisa meniru Thailand. caranya adalah dengan mengundang aktor dan aktris dunia serta membiayai para produser terkenal untuk membuat film bersetting pariwisata Indonesia. karena jika digarap dengan serius, bukan mustahil film yang dihasilkan bisa menjadi film yang bagus dan mempunyai rating yang tinggi, sehingga secara langsung juga ikut mendongkrak popularitas wisata Indonesia.

Inovasi 5 : Menghidupkan kembali Swasembada Pangan
      Boleh dibilang, salah satu prestasi terbesar yang pernah dicapai oleh Mantan Presiden kita (Alm) Soeharto selama memimpin Indonesia (dengan segala kelebihan dan kekurangannya) adalah mampu menempatkan Indonesia di titik puncak prestasi pertanian berupa Swasembada Pangan. Bagaimana tidak, selama masa pemerintahan Bapak Soeharto, dunia pertanian Indonesia mengalami peningkatan yang sangat pesat. Tengoklah sederet prestasi pertanian yang pernah dicapai oleh Indonesia di masa pemerintahan Bapak Soeharto. Mulai dari keberhasilan swasembada beras, pemanfaatan bibit unggul, sampai program irigasi nasional.Dan menurut saya, keberhasilan Bapak Soeharto dalam mencapai Indonesia berswasembada pangan adalah dengan melaksanakan berbagai program-program pertanian yang digarap dengan fokus seperti Pemanfaatan bibit unggul, gerakan diversifikasi lahan, sampai program irigasi nasional. Selain itu, di masa pemerintahan pak Harto, para petani benar-benar difokuskan dalam pembinaan untuk meningkatkan hasil pertaniannya dengan cara memberikan pengetahuan dan ilmu seputar pertanian, bahkan sampai ada yang namanya program Kelompencapir (Kelompok Pendengar, Pembaca, dan Pemirsa), yang merupakan kegiatan pertemuan untuk petani dan nelayan di Indonesia dengan mengikutkan petani-petani berprestasi dari berbagai daerah. Mereka diadu kepintaran dan pengetahuannya seputar pertanian, antara lain soal cara bertanam yang baik dan pengetahuan tentang pupuk dengan model mirip cerdas cermat.

Program ini pernah mendapatkan penghargaan dari FAO pada tahun 1984 serta menjadi salah satu kunci keberhasilan swasembada pangan di indonesia.Berkaca dari kepemimpinan Pak Soeharto dalam meningkatkan pertanian, rasanya kini sudah saatnya bagi Indonesia untuk mengulang kembali prestasi Swasembada pangan di masa pemerintahan Pak Soeharto. caranya? ya tentu saja dengan menggalakkan kembali program-program seperti yang pernah digalakkan pemerintah di masa pemerintahan Bp Soeharto, bahkan kalo bisa, dibuat lebih kreatif dan variatif, serta dikemas dengan menarik. Kalo perlu, buat program khusus pertanian di Televisi swasta pada jam-jam Prime time (Karena selama ini saya melihat, acara-acara pertanian hanya disiarkan di Televisi negeri dan lokal yang tentu saja masih kalah pamor dengan TV swasta nasional). Selain itu, sosialisasi program-program pertanian juga perlu digalakkan lewat Internet, agar hasilnya semakin efektif.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgA6Vwd0on1VLiduagX1UMN5Dyt98VLFdHW_xG9ALrBR4cCB3oeF5DBVaX8mx3wgZBOTVuSggOm5aTaeJFX8PfJXHYT3OSuUQqGdoR3h-9D7CQMOhMtpR_Dggi5z9cPtfZple6CX5wlFkQ/s500/5.jpg
Indonesia perlu menghidupkan kembali Swasembada pangan

Memajukan semua sektor memang merupakan program yang baik, tapi tentu akan lebih bijak jika memprioritaskan pada sektor pertanian, karena kita sudah punya modal besar, berupa tanah yang subur dan para petani yang rajin.

Bukankah Koes Plus pernah berkata dalam salah satu lagunya : Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman.

Itulah 5 gagasan Inovasi yang menurut saya bisa ikut andil untuk memajukan Indonesia dengan penuh kemandirian dan kemakmuran. Saya berharap, Inovasi kemandirian yang saya kemukakan dalam blog ini bisa berguna dan menginspirasi berbagai pihak untuk terus menciptakan inovasi-inovasi baru demi kemajuan bangsa Indonesia.




Sumber  :http://www.agusmulyadi.com/2012/11/Inovasi-mandiri.html

Kebijakan Pengurangan Kemiskinan Kembali Dikeluarkan Indonesia

     Menurut data terbaru Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, terhitung hingga September tahun lalu, populasi miskin di seluruh Indonesia telah menurun menjadi 28,59 juta orang, menempati 11,66 persen populasi total Indonesia. Indeks terbaru pengurangan kemiskinan yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia adalah mengurangi proporsi orang miskin menjadi 8 persen pada tahun 2014.
     Dalam rangka mewujudkan target tersebut, pemerintah Indonesia mengeluarkan lagi kebijakan baru, termasuk "rencana umum percepatan dan perluasan penanggulangan kemiskinan", "rencana negara membimbing masyarakat mandiri", dan "program keluarga harapan". Selain itu, pemerintah pusat mendirikan pula "tim pimpinan percepatan penanggulangan kemiskinan nasional".
"Rencana negara membimbing masyarakat mandiri" membantu penduduk miskin meningkatkan mutu kehidupan dan produksi melalui pengeluaran kredit mikro, menawarkan rumah, listrik dan air dengan harga rendah. "Program keluarga harapan" menyediakan dana bantuan terutama bagi anak-anak yang kekurangan biaya sekolah dan ibu hamil yang tidak mampu mendapat perawatan rumah sakit .Program tersebut sejauh ini telah berhasil menurunkan tingkat kematian bayi.

Hasil Kerja Sama Tiongkok-ASEAN Selama 10 Tahun

     Wakil Direktur Departemen Asia Kementerian Perdagangan Tiongkok Liang Wenyao hari ini (28/3) menyatakan, sejak penggalangan kemitraan strategis Tiongkok dengan ASEAN selama 10 tahun, kerja sama kedua pihak dalam bidang ekonomi, perdagangan, investasi, dan pariwisata berkembang nyata. Kerja sama di bidang pertanian, energi, infrastruktur, industri produksi dan pengolahan juga terus meningkat.
     Liang Wenyao dalam pertemuan pejabat tinggi Ekspo Tiongkok-ASEAN ke-10 yang digelar di Nanning mengatakan, sejak akhir tahun 2012, jumlah total perdagangan antara Tiongkok dan ASEAN sudah mencapai US$ 400,1 miliar. Tiongkok telah menjadi mitra perdagangan terbesar bagi ASEAN.
Sejauh ini, ASEAN sudah menjadi tujuan utama investasi perusahaan Tiongkok di luar negeri. Sejauh akhir tahun 2012, jumlah investasi kedua pihak mencapai US$ 100,7 miliar. Tiongkok sudah menjadi sumber investasi asing terbesar ke-4 bagi ASEAN.
Selain itu, seiring pesatnya perkembangan ekonomi Tiongkok dan ASEAN, skala pariwisata kedua pihak juga semakin besar. Tiongkok sudah menjadi sumber wisatawan terbesar kedua bagi ASEAN, disusul Uni Eropa.

Pembangunan Ekonomi secara Mandiri Di Utamakan Indonesia


     Indonesia merupakan salah satu kekuatan ekonomi yang paling sukses di dunia saat ini. Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia melebihi 6 persen dalam beberapa tahun terakhir. Apalagi hasil tersebut dicapai Indonesia di tengah kondisi ekonomi dunia yang terus merosot.
     Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan Indonesia akan menempuh jalan pembangunan ekonomi sendiri dan tidak akan mencontohi kebijakan ekonomi negara lain secara membuta. Ia mengatakan Indonesia akan membangun negara yang kuat dengan bersemangat maju terus pantang mundur untuk menjadi pilar ekonomi regional dan memberikan kontribusi yang lebih besar bagi perkembangan dunia.Presiden SBY saat ini melakukan kunjungan ke Hungaria. Ia mengatakan kebijakan ekonomi "pola Indonesia" telah membuktikan bahwa pembangunan ekonomi nasional akan mencapai sukses jika pemerintah melaksanakan kebijakan ekonomi yang sesuai dengan kondisi negara.
      Di tengah resesi ekonomi dunia saat ini, laju pertumbuhann ekonomi di beberapa negara di bawah 3 persen. Ada juga negara yang mengalami pertumbuhan minus. Sebaliknya, Indonesia terus memelihara pertumbuhan sebesar 6 persen per tahun.
SBY mengatakan kesuksesan Indonesia disebabkan karena Indonesia tidak mencontoh kebijakan negara lain atau nasehat beberapa lembaga internasional, melainkan memilih kebijakan yang sesuai dengan keadaan dan kepentingan Indonesia. Sejak Deklarasi Bogor, Indonesia melaksanakan liberalisasi perdagangan dan investasi. Dalam proses itu, pemerintah memberikan pengarahan di bidang kebijakan, melakukan regulasi makro dan melindungi industri tradisional yang lemah. Dalam pengelolaan ekonomi, pemerintah tidak hanya memprioritaskan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga memandang penting stabilitas dan keadilan. Selain itu, pemerintah Indonesia juga menaruh perhatian besar pada pengontrolan inflasi dan berusaha menciptakan lapangan kerja. Pemerintah bahkan meminta perusahaan agar tidak sembarangan mem-PHK karyawan. Pemerintah juga berusaha meningkatkan pendapatan warga.
      SBY mengatakan saat ini komunitas internasional memandang Indonesia sebagai negara penting yang berpartisipasi dalam urusan regional dan internasional. Indonesia akan mempertahankan reformasi dan pembangunan secara mandiri untuk menjadi negara yang kuat. Indonesia akan memainkan peranan penting dalam melaksanakan program umum pembangunan ekonomi nasional; menyediakan ruang yang lebih besar bagi investasi asing, kerja sama ekonomi dan perdagangan bilateral maupun multilateral, agar Indonesia dapat menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi regional. Selain berperan sebagai kekuatan ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan berperan positif dalam kerja sama ASEAN dan KTT Asia Timur, Indonesia juga perlu memainkan peranan positif dalam urusan internasional demi pemeliharaan perdamaian dan stabilitas regional.

Membangun Kedaulatan Petani Menuju Ketahanan Ekonomi Bangsa Indonesia Yang Mandiri

    Ketegasan pemerintah China, agaknya berbeda dengan ketegasan yang dinyatakan pemerintah Indonesia. Sebab dalam berbagai kasus penindakan yang sudah disesumbarkan hendak ditindak secara tegas, ujung-ujungnya melintir, atau bahkan justru lenyap tidak jelas juntrungan penyelesaiannya. Simak saja sejumlah pernyataan pejabat yang berwenang melakukan penindakan terhadap pelaku korupsi di Indonesia, penyelesaiannya malah terkesan sangat alot dan cenderung semakin kusut.
    Ilustrasi diatas sekedar untuk meyakinkan bahwa keinginan kita membangun petani Indonesia yang
tangguh sehingga dapat menjadi garda terdepan sebagai brigade ketahanan ekonomi, politik dan
social budaya di republic ini, baru sebatas wacana yang perlu disosialisasikan sehingga dapat menjadi
pemahaman dan kesepakatan bersama untuk kemudian didorong percepatan perwujudannya, agar
tidak sekedar menjadi slogan belaka. Upaya membangun kehidupan pertanian rakyat, sama halnya
dengan keperluan yang mendesak membangun nelayan dan buruh serta kaum pedagang yang
bermental agraris dan maritime yang berjiwa revolusi, sehingga upaya membalikkan arah sejarah
perkembangannya yang tergelincir dari dari tujuan semula, dapat segera dikembalikan.
     Bayangkan tekad pemerintah China untuk meningkatkan pembangunan ekonomi dengan tetap
menciptakan kualitas udara yang bersih, air minum dan makanan yang aman1. Setidaknya, bisa
dibayangkan dengan penduduk yang berjumlah sekitar empat milyar orang itu, pemerintah China tetap
lebih maju selangkah, tidak lagi berbicara menganai ketahanan pangan, tetapi sudah mulai memasuki
tahap keamanan pangan. Untuk menghadapi masalah keamanan – bukan lagi ketahanan seperti yang
masih kita khayalkan — diperlukan ketegasan, resolusi yang tepat, jelas dan terukur. Waktunya segara
akn ditentukan, karena disadari sudah sangat mendesak. Hal serupa juga akan dilakukan pemerintah
China untuk menangani polusi air dan tanah yang telah tercemar limbah industry.

Lalu bagaimana dengan Indonesia ?

1.MedanBisnis – Minggu, 17 Mar 2013 :

    China Komitmen Tangani Polusi Dan Keamanan Makanan
    Tampaknya, kita masih perlu mengukur kesabaran sampai waktu dan kondisinya telah memprihatinkan.
Padahal, untuk keluhan dan kekhawatiran penduduk Jakarta saja tentang air bersih – apalagi air yang
sehat, bebas polusi – pada kenyataannya harus dinikmati dengan rasa aman dan nyaman. Padahal,
kondisi air tanah di Jakarta serta sejumlah kota besar di Indonesia lainnya seperti Surabaya, Semarang
dan Medan Sumatra Utara – sudah amat sangat memprihatinkan. Ikhwal keamanan makanan, seperti
yang didedahkan Perdana Menteri Li Keqiang, karena masalah keamanan pangamanan dan kesehatan
pangan akan sangat menentukan kualitas hidup masyarakat.
    Apa yang diungkapkan sejumlah pakar ikhwal pertanian rakyat di Indonesia, sejak fenomena yang
terjadi sejak dua puluh tahun silam ( 1970-1980-an) memang sudah mengalami pemiuhan. Rancangan
pembangunan yang kemudian dilakukan oleh pemerintah, khususnya di subsector perkebunan belum
begitu banyak berarti dalam rangka meningkatkan kemakmuran kehidupan petani, sebab persoalan
pembangunan, khususnya dalam perkebunan karet-rakyat, tidak cukup hanya sekedar meningkatkan
produksi semata. Artinya strategi pembangunan yang diterapkan pemerintah selama ini yang mengacu
hanya kepada landasan asumsi-asumsi ekonomi neo-klasik, perlu ditinjau kembali, sebab dalam
paradigma itu manusia hanya dipandang dari satu sisi, yaitu sebagai makhluk rasional yang hanya
terangsang oleh insentif material. Hal ini terbukti dalam realitas kehidupan sosial/ekonomi petani
selama ini belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Karenanya untuk mengurai berbagai
persoalan yang dihadapi dalam pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat saat ini
sudah seharusnya mempertimbangkan potensi sumberdaya local dan kemampuan beradaptasi dengan
lingkungan sekitarnya.
    Kajian kritis tentang sejauh mana usaha pembangunan perkebunan karet-rakyat yang telah dilakukan
pemerintah selama ini mampu meningkatkan kesejahteraan petani; kedua, apakah pembangunan
perkebunan juga telah mampu menciptakan perubahan (sosial, kultural) yang lebih baik untuk
masyarakat sekitar. Sungguh menarik menjadi acuan agar dapat diajdikan acuan untuk keiinginan
membangun dalam bidang lain, seperti untuk masyarakat nelayan, kecenderungan yang mendorong
masyarakat pedesaan meninggalkan sejumlah potensi yang ada dengan masuk ke perkotaan
dengan ‘lega lila’ pasrah menjadi buruh di kawasan industri yang pengab beragam jenis polusi, termasuk
penurunan kualitas budaya – kalau tidak bisa dikatakan menjadi rusak – karena pola kehidupan di
perkotaan yang bersifat liar dan ganas.
     Kajian tahap berikutnya yang pernah dilakukan sejumlah pakar, adalah mempertnayakan sejumlah
usaha pembangunan pertanian yang pernah dilakukan pemerintah mengenai memanfaatnya serta
dampaknya terhadap potensi sosial dan budaya masyarakat lokal yang menciptakan suatu perubahan,
misalnya tradisi-tradisi, lembaga-lembaga norma, dan adat masyarakat. Selanjutnya bagaimana dengan
peranan pembangunan yang dilakukan turut memberdayakan lembaga lokal atau kelompok sosial yang
menunjang pembangunan perkebunan.
    Kajian serius dan mendalam untuk mengharapkan kaum tani dan nelayan Indonesia agar dapat
menjadi ‘soko guru’ ekonomi nasional yang handal, nyatanya masih haris menempuh jalan berliku
yang panjang. Pamapan Dr. Agus Pakpahan menegnai nasib petani Indonesia di zaman Belanda, era
Bung Karno dan era reformasi menunjukkan kecenderungan yang paradoksal, jelas menggambarkan
ironi yang memilukan. Mengenai kepemilikan atau penguasaan lahan, walau sudah diatur oleh UU No.
5 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Ketentuan Agraria atau yang lebih dikenal dengan sebutan UU
Pokok Agraria, realitasnya persengketaan yang berujung pada perseteruan mengenai lahan lebih dari
cukup menilbulkan banyak korban, mulai dari harta sampai nyawa. Disamping itu, ketimpangan akan
kepemilikan lahan, erat kaitannya dengan keamanan pruduktivitas pertanian.
Ironisnya, kepemilikan atau penguasaan lahan oleh pihak asing sudah menajdi kontraversi sejak lama.
Letupan-letupan kecemburuan akibat penguasaan lahan ini sudah bermunculan di berbagai tepat dan
daerah. Namun solusi umum yang dapat dijadikan acuan untuk mencegah terjadinya peristiwa serupa
yang cukup mengerikan, karena tidak sedikit diantaranya yang memilukan karena banyak jatuh korban,
tidak juga ada hasilnya yang dapat ditawarkan pemerintah. Akibat dari penguasaan lahan yang maha
luas oleh kalangan feodal umumnya, sudah membuktikan usaha industri yang diharapkan bertumbuh
atau berkembang menjadi tersendat. Sebaliknya, penguasaan lahan yang dimiliki oleh kalangan
industriawan, maka kecenderungan yang terjadi kerusakan lingkungan sebagaimana yang dilakukan oleh
sejumlah pengusaha tambang di Indonesia.Celakanya, kerusakan lingkungan akibat eksploitasi maupun eksplorasi oleh perusahaan pertambangan,bukan saja merusak lingkungan sekitarnya, tetapi juga dominan dibarengi oleh pencemaran kawasan sekitarnya. Dampak bawaan dari perusahaan tambang umunya, industry yang berbasis pertanian disekitarnya cenderung tidak dapat dilakukan. Jika pun ada, produksi yang dihasilkan dari usaha pertanian di sekitar kawasan tambang itu tidak layak untuk dikonsumsi, atau bahkan dapat menjadi ancaman bagi kesehatan manusia yang mengkonsumsinya. Namun untuk memperoleh kepastian dari sejumlah hasil pertanian yang disekitar kawasan tambang, patut ditelisik lebih jauh tingkat
toleransi untuk mengkonsumsinya, tanpa harus menanggung ancaman bagi kesehatan dari akibat yang
ditimbulkannya.
     Pada persilangan masalah petani dengan kepemilikan lahan serupa ini – yang masih acap menimbulkan
sengketa maupu perseteruan hingga ‘puputan’ – keinginginan untuk memposisikan petani sebagai
salah satu ‘soko guru’ ekonomi bangsa saja, tampaknya masih diperlukan beberapa tahap dan langkah-
langkah besar yang nyata, bukan retorika, apalagi sekedar igauan saja sebagai pemanis bibir untuk
mensiasati 2014 tatkala Pemilu dilaksanakan. Paling tidak, untuk mengangkat pertanian rakyat sebagai
basis pertahanan ekonomi menuju kedaulatan ekonomi yang sesungguhnya, tidak bisa ditumpangi oleh
kepentingan politik, lantaran pertahanan ekonomi dan kedaulatan ekonomi itu sendiri sudah memikul
beban politik utnuk memposisikan segenap warga bangsa Indonesia bermartabat dalam pergaulan
bangsa-bangsa di dunia. ***